Jumat, 29 Desember 2017

Seorang ayah yang masih muda datang berkunjung di sosial media sambil marah-marah. Setelah didengarkan dengan penuh empati, ternyata ia memiliki seorang anak yang lumpuh sejak lahir. Sehingga seluruh hidup anak ini hanya tumbuh di tempat tidur. Dengan demikian, mudah dimaklumi kalau orang tuanya kelelahan. Serta suka berbagi kemarahan bahkan pada orang yang tidak ia kenal.
Jiwa gelisah yang marah-marah seperti ini muncul di mana-mana. Ibarat seseorang yang terkena flu, menyalahkan perubahan cuaca tidak banyak menolong. Meminum vitamin C, itulah yang menolong. Dengan cara yang sama, begitu jiwa gelisah, marah-marah tidak banyak menolong. Namun mengerti akar kegelisahan, itulah yang paling menolong.
Perhatikan keseharian orang yang hidupnya tidak indah, nyaris semua jiwa menderita mengambil posisi berlawanan dengan kekinian apa adanya. Saat mengantre, ia ingin cepat-cepat ada di depan. Tatkala masih kanak-kanak ingin cepat dewasa, setelah dewasa ingin cepat tua dan berwibawa. Di waktu kerja rindu liburan, di tempat rekreasi memikirkan ternyata tempat rekreasi lain jauh lebih indah.
Ringkasnya, menolak untuk berada di saat ini apa adanya, itulah akar semua kegelisahan. Ayah yang gelisah sebagaimana diceritakan di atas, ia menolak kenyataan bahwa putranya lumpuh. Sebagian sahabat yang tumbuh di kursi roda melukai dirinya setiap hari dengan cara menolak kenyataan bahwa ia harus berjalan di atas kursi roda. Segelintir orang tua anak berkebutuhan khusus sedang memperpendek umurnya sendiri dengan cara menolak.
Sebuah kata yang sering mereka ucapkan di dalam adalah kata “tidak”. Ia wakil jiwa yang selalu melawan. Ia suara alam bawah sadar yang tidak memiliki kesempatan untuk keluar. Tidak banyak yang menyadari, pendekatan melawan seperti ini sedang membuat seseorang menyiramkan bensin ke dalam api yang sedang membakar.
Itu sebabnya, ribuan sahabat di sesi-sesi meditasi telah dibimbing, belajar mengatakan “ya” pada setiap kekinian. Berdoa atau tidak berdoa, beragama atau tidak beragama, kehidupan akan senantiasa ditandai gelombang. Seseorang mulai menjadi penyembuh bagi dirinya sendiri, kalau ia belajar mengatkan “ya”. Pada saat yang sama belajar merasakan setiap perasaan secara penuh dan utuh.
Maksudnya, semua datang bergantian dan berpasang-pasangan. Setelah sedih datang senang. Sehabis duka datang suka. Begitu cacian berlalu datang pujian. Apa yang dimaksud dengan merasakan secara penuh dan utuh sederhana, kurangi menendang kesedihan dan dukacita secara berlebihan, jangan izinkan diri Anda dicengkram oleh kesenangan dan sukacita. Bersama sang waktu, semuanya berlalu.
Dalam bahasa psikologi, rasa adalah jembatan indah yang menghubungkan jiwa dengan semuanya. Begitu seseorang tidak menendang masalah, sekaligus tidak mengenggam yang indah, di sana rasa membuka banyak pintu rahasia. Tidak ada manusia yang mengerti semuanya. Dengan demikian, belajar merasa aman dan nyaman bahkan saat pikiran tidak tahu.
Ada sesuatu yang indah dan penuh berkah muncul di dalam, terutama saat seseorang berani mengatakan “ya” pada ketidaknyamanan. Begitu seseorang sering mengatakan “ya” tanpa syarat apa-apa pada ketidaksempurnaan khususnya, di sana jiwa melangkah secara sangat meyakinkan menuju gerbang kesempurnaan.
Setiap sahabat yang berhasil sampai di sini, suatu hari akan mengerti melalui pencapaian, bukan melalui perdebatan, apa saja yang diterima tanpa syarat apa-apa akan membawa seseorang pada taman indah kedamaian. Di taman jenis ini terbuka rahasia, hidup adalah sebuah berkah. Jangankan kelebihan, bahkan kekurangan pun menjadi berkah. Terutama karena kekuranganlah yang membuat setiap kelebihan yang sangat kecil terasa sangat indah.

Penulis: Guruji Gede Prama.
Photo: yelp. –sumber

Kamis, 14 Desember 2017


Mahasiswa Program Studi Magister Keperawatan minat Komunitas Angkatan 2017 Universitas Airlangga mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat pada tanggal 27 November sampai dengan 1 Desember 2017 di Sukolilo Baru. Kegiatan ini bertema “Sosialisasi Metode Pengkajian Keperawatan Komunitas Mahasiswa Profesi Ners pada Praktik Keperawatan Komunitas di RW 03 Kelurahan Sukolilo Baru Kecamatan Bulak Kota Surabaya”. Sosialisasi ini ditujukan pada mahasiswa Stikes Hang Tuah Surabaya yang sedang melaksanakan praktik stase komunitas di wilayah tersebut. Pengabdian masyarakat diawali dengan pembukaan  pada hari Senin tanggal 27 November 2017 di kantor Kelurahan Sukolilo Baru. Pembukaan ini dihadiri oleh Agus S. sebagai sekretaris kelurahan, Dosen Magister Keperawatan Universitas Airlangga yaitu Dr. Joni Haryanto, S.Kp., M.Si., Hamrozi Hamidi selaku ketua RW 03 serta ketua RT di lingkup RW 03, mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Airlangga minat komunitas sebanyak 24 orang, dan mahasiswa Profesi Ners Stikes Hang Tuah Surabaya sebanyak 31 orang.
Pengabdian masyarakat merupakan satu dari tri dharma perguruan tinggi yang rutin dilaksanakan oleh mahasiswa dan dosen Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Pada kesempatan ini, Dr. Joni Haryanto, S.Kp., M.Si. memberikan sambutan dan menyampaikan bahwa tujuan pengabdian masyarakat kali ini sesuai dengan program kurikulum di mana mahasiswa magister keperawatan harus mampu membina, membimbing, dan mengarahkan mahasiswa level di bawahnya seperti mahasiswa profesi ners sehingga memberikan kebaruan pada proses pendidikannya. Mahasiswa magister mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya yang bersumber dari perkuliahan maupun pencarian literatur yang  mendukung penyusunan modul pengkajian komunitas dengan pendekatan model Family Centered Nursing yang sejalan dengan program Kementerian Kesehatan RI untuk mewujudkan Gerakan Masyarakat Sehat melalui Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK).
Sekretaris Desa yang mewakili Lurah Sukolilo Baru menyampaikan keantusiasannya dengan adanya mahasiswa yang berpraktik di wilayah kelurahannya. Agus sangat berharap mendapat banyak informasi terkait kesehatan melalui pengkajian yang dilakukan mahasiswa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dalam bidang kesehatan. Pihak kelurahan juga bersedia mendukung kegiatan-kegiatan yang akan di lakukan mahasiswa dalam praktiknya. Mahasiswa magister keperawatan menyerahkan modul pengkajian, memberikan materi sosialisasi, serta membimbing mahasiswa ners dalam mengisi pengkajian dengan menggunakan aplikasi google form untuk memudahkan saat proses pengkajian di masyarakat. Kegiatan pengabdian masyarakat ini diakhiri pada hari Kamis tanggal 30 November 2017 dengan agenda Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) dengan menyampaikan hasil pengkajian yang telah dilakukan mahasiswa. Mahasiswa juga memaparkan masalah kesehatan yang ada di RW 03 dan mengajak ketua RW 03, ketua RT, serta masyarakat untuk berdiskusi dalam menentukan prioritas masalah dan langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan dengan pendekatan pada keluarga.
Penulis: Program Studi Magister Keperawatan minat Komunitas Angkatan 2017




Sabtu, 09 Desember 2017



Tamplet.com

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Panca Sradha dalam Agama Hindu

Panca Sradha dalam agama Hindu Secara etimologi  panca sradha  berasal dari kata panca dan sradha.  Panca  berarti lima dan  sradha...

Popular Posts

Blog Archive